Monday, December 14, 2009

Melawan company culture dengan politik organisasi, mampu kah ?
Budaya organisasi pasti dibentuk oleh stakeholder perusahaan. Seberapa kuatkah orang-orang yang mencoba berpolitik di dalam organisasi bisa merubah budaya organisasi? Alkisah jika kita join perusahaan yang kental dengan budaya yang sudah dibentuk oleh pemiliknya dan jika ada yang tidak menyukai budaya tersebut, apakah bisa dilawan dengan permainan politik organisasi? Politik menganut istilah tiada kawan abadi dan tiada musuh abadi. Alkisah, ada oknum karyawan yang ambisi dengan jabatan dan kehormatan maka perlawanan dengan politik organisasi akan membahayakan dirinya sendiri. Pengalaman saya, pernah menginterview calon pimpinan sebuah divisi dalam perusahaan dan hasil akhirnya adalah recommended candidate to be recruited, dan BOD akhirnya merekrut si kandidat. Namun apa hasilnya? Lucu, anak buah saya sampai diwajibkan memberikan ucapan selamat pagi, tidak peduli siang atau malam. Pun muncul aroma pertentangan antara Divisi HRD & GA dengan divisi yang dia pimpin. Saya juga instropeksi berkali-kali tentang kesalahan-kesalahan saya selama ini. Dan hebatnya, pekerjaan saya di bidang HRD & GA bisa dia otak atik, sehingga beberapa fungsi tugas saya diambil alih dan menjadi tanggung jawab dia, dalam hati saya bersyukur load pekerjaan berkurang :-) dan lebih dari 6 bulan saya mengalami apa yang dinamakan serangan pribadi dengan target saya harus resign dari perusahaan ini.
Memang beberapa kali muncul demo masyarakat, aksi masa dan isu-isu negatif yang terkait dengan fungsi saya sebagai penjaga gawang HRD & GA. Di antaranya isu money politics, menggeerakkan demonstrasi, dll. Saya masih punya iman dan sedari dulu saya tidak pernah merasa "ingin kaya" karena itu diajarkan oleh kepercayaan saya. Alhasil jika didera isu money politic, menerima fee dari vendor-vendor di pabrik, saya justru bangga, ternyata kepercayaan saya itu menguatkan saya untuk lebih eksis. Memang sudah sekian kali saya bisa menjebak praktek uang dalam rekrutmen yang dilakukan oknum masyarakat yang menjual nama saya. Demikian juga beberapa tokoh masyarakat datang menemui saya dengan segepok uang, terakhir saya lihat lembaran ratusan ribu setebal 1 cm .. hitung sendiri berapa, itu sempat disodorkan kepada saya. Toh karena saya tidak ingin kaya dan ingat Kevin Nathanael Nugroho dan istri saya di rumah, maka cobaan itu sirna dengan sendirinya. Untunglah sekian cobaan terlewati, Tuhan dari dulu adil buat saya. Alhasil pun, si pimpinan divisi ternyata dihukum oleh waktu karena tuduhan-tuduhan yang dilaporkan kepada Direksi tentang saya tidak terbukti karena memang saya ya begini-begini saja, tidak punya apa-apa. Justru permainan politik dia yang mengadu domba antara sesama karyawan demi jabatan dan gengsi menyebabkan dia harus resign (baca: phk). Sebenarnya saya prihatin secara dia itu sebenarnya kakak kelas saya sewaktu kuliah di Jogja. Tapi nasi sudah jadi bubur, semoga ada hikmahnya buat saya dan buat karyawan lain. Sebagai karyawan ternyata harus punya jiwa loyal kepada profesionalitas serta kuat iman, loyal atau menjadi hamba uang itu bisa berakibat neraka, demikian saya sebut jika tidak mau dibilang PHK.

No comments:

Post a Comment