Sunday, April 26, 2020

Blogging, Facebook, Tweet, Instagram the memory of the past

Hello folks, postingan ini dibuat tanggal 26 April 2020, sehari sebelum acara online HR Meeting dengan seluruh HR di Asia Pacific & China. Ini kali pertama meeting diadakan secara online dikarenakan kasus pandemic Covid-19.

Saya tidak tidak akan bahas mengenai meeting nya ini, namun ingin share di sini buat semua yang sempat mampir di blog ini. Pertama yang ingin saya sampaikan adalah betapa kejamnya sosial media yang sudah membuat perpecahan antar manusia di dunia ini, pun tidak usah bicara negara lain. Saya orang Indonesia, lahir dan dibesarkan di Indonesia dan kalau semua penduduk negara ini termasuk Presiden Jokowi, yang merupakan satu-satunya Presiden Indonesia dari kalangan sipil yang berhasil dipilih kedua kalinya dan berasal dari daerah Solo, kebetulan beliau ini tetangga saya karena saya berasal dari Karanganyar Solo, sedangkan Pak Jokowi dulu adalah walikota Solo. Kenapa saya mengatakan satu-satunya, yang pasti baru kali ini di Indonesia punya presiden yang genap 5 tahun dan terpilih kembali yang mempunyai sifat sederhana dan tidak ada aroma korupsi. Saya tidak akan bandingkan dengan yang lain, yang pasti kita pernah mengalami ada beberapa presiden yang menggunakan strategi kepemimpinan yang berbeda-beda. Ada yang menyebut politik pencitraan, ada yang menyebut politik asal bapak senang, dan lain-lain. Mengenai hasil kerjanya, bukan kapasitas saya untuk memuat di blog ini.  Ok, forget it. Lanjut ke topik di atas.
Saya membayangkan dulu sebelum marak Social Media seperti MIRC, ICQ, Facebook, Tweeter, Instagram, Friendster dan lain-lain, banyak yang sudah collapse juga dikarenakan kalah strategi di pasar, maka penduduk dunia itu jika ribut satu sama lain tidak sekejam sekarang. Dengan adanya Facebook yang konon di negara-negara tertentu dilarang beredar seperti China misalnya, maka perseteruan antara penduduk dunia sudah berubah dari dunia nyata ke dunia maya. Banyak hal-hal yang membuat seseorang dipermalukan atau dikarenakan melakukan kesalahan kecil maka di-blow up di sosial media. Dan yang paling konyol adalah trend nya berita bohong yang disebut HOAX. Bahkan hoax pun bisa mengantar seseorang masuk ke dalam penjara baik yang dijadikan topik hoax nya maupun yang menjadi penyebar hoax. Silakan ingat kasus di DKI yang sempat ramai, siapa yang masuk penjara hehehe...