Wednesday, December 31, 2008

My journey to Kelud Mountain. Libur kantor di company group ada lebih 12 hari, jadi cukup banyak waktu untuk jalan-jalan bersama keluarga. Akhirnya tanggal 24 Desember 2009, saya mudik via pantura. Perjalanan ke Solo memakan waktu lebih 12 jam karena macet namun sore hari saya lanjut ke Kediri untuk melihat anak Gunung Kelud yang menjadi primadona wisata Kediri. Tanggal 31 Desember 2008 perjalanan pulang ke Jakarta namun transit for end of year di Sahid Hotel, dekat kampus UAJY. Mampir sebentar dan beberapa satpam kampus masih mengenali saya, tapi saya sendiri lupa nama mereka. Duh malunya...

Tuesday, December 23, 2008

Belajar mengakui kesalahan. Alkisah terjadi di sebuah perusahaan yang mana terdapat atasan dan anak buah. Tulisan ini mencoba menggarisbawahi peran atasan dan peran anak buah serta kesalahan yang bisa terjadi saat menjalankan tugas. Banyak atasan yang disebut bos, selalu tidak mau merasa salah, apa yang terjadi di lapangan tidak mau terlibat alias cuci tangan. Demikian juga yang terjadi terhadap anak buah, selalu ingin perlindungan atasan jika terjadi kesalahan dan sialnya harapan itu selalu sirna karena para atasan terkenal dengan cuci tangan atau mencari kambing hitam. Menurut hemat saya, bobot pekerjaan atasan (baca: manajerial) biasanya tinggi makanya dia dibayar mahal, apalagi seorang direktur yang juga bersifat politis karena menjadi wakil pemegang saham. Sedangkan seorang staf, bobot nya tergantung dari sifat pekerjaan masing-masing. Kemudian mari kita lihat sebuah struktur organisasi yang mana terdapat kotak manajerial kemudian di bawahnya adalah para staf mulai dari asisten manajer hingga office boy. Di dalam teorinya Watson Wyatt (Factor CompTM) yang digunakan untuk membobot sebuah pekerjaan, terdapat nilai tingkat konsekuensi error / kesalahan. Konsekuensi error pemegang jabatan yang tinggi biasanya juga besar. Saya percaya Factor CompTM punya Watson Wyatt ini benar adanya dan alat tersebut menjelaskan bahwa seorang atasan sudah punya kodrat mempunyai tanggung jawab atas kesalahan yang besar. Tentu kesalahan anak buah menjadi bagian dari kesalahan dia. Jika anak buah salah, sudah semestinya atasan juga mawas diri, apakah :
- Atasan tidak ngajari anak buah melakukan yang benar ?
- Atasan memang tidak tahu hal yang benar ?
- Atasan sudah ngajari anak buah, tapi anak buah tetap salah ?
- Dua-duanya tidak tahu bagaimana melakukan hal yang benar ?
Semoga tulisan ini memberikan inspirasi bagi teman-teman yang merasa punya anak buah dan merasa menjadi atasan.

Sunday, December 21, 2008

4 hari lagi adalah Natal. Dan tidak ada perayaan Natal tahun ini karena hingar bingar Natal sudah bukan saatnya dilakukan lagi, silakan orang lain merayakan Natal. Saya salut dengan ide kegiatan Natal diisi dengan acara bakti sosial, kunjungan kepada fakir miskin, pengobatan gratis, dll. Menurut saya itu lebih mengena karena ajaran untuk menyampaikan kasih itu sejatinya adalah seperti itu. Cuma gimana mau ikut bakti sosial secara full ya? Orang rencana mau mudik ke Solo bersama anak dan istri saya hehehe...
Saya jadi inget ada tetangga yang suka aneh, ingin dianggap sebagai orang yang berempati dengan penderitaan orang lain dan juga ingin dianggap sebagai orang yang mengerti ajaran kasih. Kenapa saya bilang aneh ? Karena selalu bicara kesana kemari baik lewat ajang resmi atau tidak resmi, suka ndagel yang tidak lucu. Yang tidak pernah disadari oleh orang-orang ini adalah bahwa dia tidak sadar bahwa banyak yang tidak suka dengan kelakuannya tapi si orang ini tidak pernah instropeksi diri bahwa dia salah. Yang pasti jangan sampai tabiat buruk ini terjadi di kantor karena pura-pura berempati di kantor, bisa lewat ucapan, email, blog atau sarana apa pun. Yang ada adalah cercaan orang lain. Sebagai contoh kejadian belum lama ini, orang menjadi tersinggung gara-gara ada seorang bos mengaku tersentuh hatinya gara-gara melihat salah satu anak buahnya yang bergaji kecil sedang bahagia karena mendapat pujian atas kinerjanya. Nah konon gara-gara pengakuan empati yang salah tempat ini, menjadikan polemik karena ada si karyawan jeli yang tahu bagaimana antagonis si bos dengan jerih payah si karyawan bergaji kecil tersebut. Demikian juga dalam Natal kali ini, kenapa misi Abbalove kali ini tidak merayakan Natal di Istora Senayan lagi. Karena tidak mau menjadi si bos !

Monday, December 08, 2008

Hari Jumat, 5 Desember 2008 siang hari, saya ditelpon VP DAR, Pak H. Azhari Kamil, menanyakan posisi saya ada dimana. Saya jawab sudah dalam perjalanan ke Cilegon, padahal baru masuk tol gara-gara terlalu lama di kantor lama ;-) Tapi beliau tidak menanyakan lebih lanjut hanya berpesan agar membeli kambing secukupnya buat sumbangan kurban. Dengan bekal uang dari BOD, saya memang berencana membeli 4 ekor kambing untuk diserahkan kepada Bpk. Kepala Desa Argawana, Bpk. H. Lutfhi. Sesampainya di lokasi pabrik, saya menemui Roni, salah satu staf HR yang saya percaya untuk memegang urusan umum (General Affair). Tapi ngomong-ngomong, foto di samping itu kok lebih putih kambingnya ya Ron hehehe... Setelah kegiatan Security Assesment oleh tim surveyor PT Nawakara Perkasa Nusantara dalam hal ini Kusman Widiatmoko, Sales & Marketing Manager dan Denny Hermawan, Senior Surveyor yang asli Cilegon, saya dan tim berangkat ke rumah Pak Kades Haji Lutfhi untuk menyerahkan secara simbolik kambing kurban agar disalurkan kepada warga Argawana. Saya sengaja minta kepada staf HR lainnya untuk mengambil gambar guna dijadikan laporan kepada BOD DSI. Yang saya salut kepada Pak Kades, saat itu juga langsung disampaikan secara lisan bahwa kambing akan disalurkan kepada beberapa RT yang ada di desa Argawana, dan saya jawab mewakili DSI bahwa pembagian akan menjadi wewenang Pak Kades. Yang saya harapkan adalah ke depan, perangkat desa selalu mendukung program DSI serta membuat iklim kondusif agar tercipta suasana kerja yang harmonis karena jika DSI untung, pasti warga desa juga untung, demikian juga bangsa Indonesia lainnya akan untung karena dapat devisa jika DSI sudah mengekspor gula rafinasi ke manca negara. Amien !

Saturday, December 06, 2008

Sesuai rencana yang sudah saya info ke Direksi, saya akan mengunjungi site di Cilegon dan Jumat pagi saya ajak staf HR agar lebih mengenal lokasi kerja mereka. Namun sesuai rencana juga, saya ingin menepati janji datang ke kantor lama terlebih dulu. Saya akhirnya nyampai kantor lama di bilangan DBest Fatmawati, setelah parkir mobil, saya tinggal 2 orang staf HR di mobil karena prediksi saya cuma nongol, nyalami beberapa orang, kemudian langsung berangkat ke Cilegon bersama tim surveyor NPN. Tapi apa daya, dari lantai 1 sampai lantai 4, semua staf NPN yang notabene kolega lama saya minimal ngajak ngobrol dan basa basi. Di lantai 4 yang sudah berubah layout karena banyak manajer baru, kemudian ke bawah hingga lantai 1 yang lagi ada pertemuan HR. Mantan bos saya, Pak Armand, lagi mimpin rapat internal HR. Di sana ada beberapa orang yang sedang serius, tapi dasar Rully Azhar, mantan staf saya yang kocak tapi serius, ketawa-ketawa sehingga suasana serius rapat yang dikomandani Pak Armand jadi agak terganggu. Akhirnya karena Pak Armand sendiri yang menengok dan mengajak saya masuk, ya akhirnya saya masuk ke dalam ruang rapat tersebut. Ya nyalami teman-teman yang sempat beberapa tahun menjadi bagian tim HR yang solid waktu itu. Namun satu hal yang saya ambil dari kejadian Jumat, di NPN suasana kerja masih terlihat sangat bersahabat. Yang paling saya angkat jempol adalah kesibukan Pak Danu Rasimun, ex Polisi yang menjadi kepercayaan Bapak Hindarto. Sewaktu saya masuk ke ruangannya, Pak Ras, masih sangat sibuk dengan raut muka yang terlihat jelas menutupi rasa capai di usia yang usur. Saya dulu mendambakan Pak Ras menjadi karyawan teladan karena sebagai mantan atasan, saya bisa menilai kalau perjuangan Pak Ras dengan segala kemampuan yang dimiliki sangat patut dihargai dan dipuji. Namun sayang, sejak saya keluar dan tidak menjadi panitia pemilihan karyawan teladan tahun ini, Pak Ras tetap menjadi karyawan biasa. Dan saya tidak tahu proses pemilihan waktu itu karena menjadi hak prerogatif panitia. Andai saja Pak Hindarto mengetahui bahwa salah satu bekas anak buahnya begitu gigih membesarkan 911, saya tahu berapa kali Pak Ras ditabrak orang karena terburu-buru masuk kerja karena malu saya datang lebih dulu, saya tahu Pak Ras ngeluh pingin punya mobil bekas tapi berharap saya bisa bicarakan mobil 911 yang mau dilelang, demikian juga saya tahu Pak Ras selalu berusaha dulu-duluan masuk kerja karena dari dulu saya dan Pak Ras selalu menggunakan jam masuk kantor jam 08.00, jam masuk kantor resmi yang baru dicanangkan bulan November 2008. Hal yang paling terkesan adalah ketika Pak Ras selesai menjalani training ESQ, perubahan yang terjadi adalah kesadaran Pak Ras yang mengakui kesalahan-kesalahan sebagai manusia dan menyadari betapa kecilnya Pak Ras di mata Tuhan YME. Waktu itu tidak disadari Pak Ras menetes air mata dan menangis di depan saya. Hal ini lah yang saya inginkan, perubahan terjadi setelah ada training. Bukan karena ESQ-nya tapi terhadap semua training seharusnya ada perubahan, ya paling tidak ada wawasan baru jika karyawan tidak tertarik untuk merubah diri. Duh Pak Ras, selamat berkarya ya Pak. Semoga Tuhan memberi rejeki yang melimpah buat Bapak dan keluarga.
Anda saya sudah kaya sekali, saya mungkin akan hibahkan mobil saya agar Pak Ras tidak pinjam Ford Ranger lagi agar bersama keluarga bisa mudik. Tapi ngomong-ngomong pinjam Ranger pun tidak bisa kemana-mana ya ? Lha wong dibatasi sampai 200 km, itu jarak Depok - NPN pp Pak hehehe.... ya, ya .. yakinlah perubahan itu selalu ada !