My little of portfolio :
- Membangun Mail Server Agar Irit Pulsa
- Format Pengajaran TI yang Tepat
- Menikmati Kue Internet
- In the beginning ada di bagian link
Thursday, January 31, 2008
Selesai sudah SOP Pelatihan dan Pengembangan Karyawan. Dokumen ini rencananya akan langsung di -SKEP- in dan kemudian saya tinggal discuss sama Quality Engineer yang bernama Nuruli Khaliq, agar bisa menggantikan prosedur mutu di dokumen ISO lama. Proses pembuatan dokumen SOP ini cukup lama, 2 minggu karena mesti kerja simultan sambil rekrut orang baru di kantor.
Di departemen baru ini, aku juga sempat terpecah konsentrasi dengan mengiklankan lowongan staf untuk project Nestle dan shortlisting kandidat, lalu interview. 15 orang berhasil lolos dari ruang ku, dan kukirim ke klien. Dari 15 orang, 1 diterima karena merupakan titipan karyawan dan punya kemampuan : bahasa Inggris minim, nol pengalaman di bidang yg dilamar. Di antara ke 15, grup pertama memang kemampuan bahasa asing tidak digali karena tidak ada permintaan, kloter ke-2, saya sudah menggunakan bahasa Inggris untuk wawancara walaupun lucu, mereka lulusan SMA tapi saya harus mengawali dengan bahasa asing. Kloter ke-2 ini semua kandidat ditolak. Kloter ke-3, ada titipan kandidat dari salah satu staf NPN, jujur kualifikasi minim alias mestinya tidak diloloskan. Tapi namanya juga nitip, si doski tetap diterima saat dikirim ke proyek Nestle. Alhasil, hari ini aku laporan ke atasan tentang kondisi ini, dan proses itu aku serahkan ke mantan staf ku yg ngurusi rekrutmen satpam. Untungnya si doski yang sudah ttd PKWT undur diri mungkin karena gaji kecil ato tahu dipergunjingkan. Ada cerita yang boleh jadi renungan. Coba simak sedikit wawancaraku dengan kandidat titipan seorang staf NPN tersebut.
BSN : "Please show me your telephone courtesy, you pretend now getting a phone call, how you salute, how you close the phone, et cetera ?"
Kandidat : "Pake bahasa Indonesia boleh pak ?"
BSN : "No, you will face some expatriates so you use English!"
Kandidat : "Ok pak, saya pura-pura ambil telpon ya Pak, Good Morning, This is PT Nawakara, I am XXXX, what is your name?"
BSN : "????" (aku mengeryitkan jidatku sambil terkaget-kaget)
Kandidat : "Saya hubungi yang dicari ya Pak, Hello Mr. GM, there is Mr XXX will you speak with him?"
Pembicaraan aku potong :
BSN : "Coba sampaikan GM tidak mau bicara, GM doesn't want to speak with and give your own reason to that person in the line"
Kandidat : "Sorry Sir, Mr GM doesn't want to speak with you ...."
BSN : "Ok, cukup ... "
Fenomena itu telah membuatku tidak profesional dalam hal ini, sewaktu aku tanyakan apa yang dia harapkan dari kantor, si doi yakin bisa menjadi operator telepon yang baik serta jujur dan mau belajar. Sewaktu saya tanya pernah jadi operator telepon, dia menjawab walau tidak pernah tapi akan belajar. Nah lho !!!
Di departemen baru ini, aku juga sempat terpecah konsentrasi dengan mengiklankan lowongan staf untuk project Nestle dan shortlisting kandidat, lalu interview. 15 orang berhasil lolos dari ruang ku, dan kukirim ke klien. Dari 15 orang, 1 diterima karena merupakan titipan karyawan dan punya kemampuan : bahasa Inggris minim, nol pengalaman di bidang yg dilamar. Di antara ke 15, grup pertama memang kemampuan bahasa asing tidak digali karena tidak ada permintaan, kloter ke-2, saya sudah menggunakan bahasa Inggris untuk wawancara walaupun lucu, mereka lulusan SMA tapi saya harus mengawali dengan bahasa asing. Kloter ke-2 ini semua kandidat ditolak. Kloter ke-3, ada titipan kandidat dari salah satu staf NPN, jujur kualifikasi minim alias mestinya tidak diloloskan. Tapi namanya juga nitip, si doski tetap diterima saat dikirim ke proyek Nestle. Alhasil, hari ini aku laporan ke atasan tentang kondisi ini, dan proses itu aku serahkan ke mantan staf ku yg ngurusi rekrutmen satpam. Untungnya si doski yang sudah ttd PKWT undur diri mungkin karena gaji kecil ato tahu dipergunjingkan. Ada cerita yang boleh jadi renungan. Coba simak sedikit wawancaraku dengan kandidat titipan seorang staf NPN tersebut.
BSN : "Please show me your telephone courtesy, you pretend now getting a phone call, how you salute, how you close the phone, et cetera ?"
Kandidat : "Pake bahasa Indonesia boleh pak ?"
BSN : "No, you will face some expatriates so you use English!"
Kandidat : "Ok pak, saya pura-pura ambil telpon ya Pak, Good Morning, This is PT Nawakara, I am XXXX, what is your name?"
BSN : "????" (aku mengeryitkan jidatku sambil terkaget-kaget)
Kandidat : "Saya hubungi yang dicari ya Pak, Hello Mr. GM, there is Mr XXX will you speak with him?"
Pembicaraan aku potong :
BSN : "Coba sampaikan GM tidak mau bicara, GM doesn't want to speak with and give your own reason to that person in the line"
Kandidat : "Sorry Sir, Mr GM doesn't want to speak with you ...."
BSN : "Ok, cukup ... "
Fenomena itu telah membuatku tidak profesional dalam hal ini, sewaktu aku tanyakan apa yang dia harapkan dari kantor, si doi yakin bisa menjadi operator telepon yang baik serta jujur dan mau belajar. Sewaktu saya tanya pernah jadi operator telepon, dia menjawab walau tidak pernah tapi akan belajar. Nah lho !!!
Thursday, January 17, 2008
Untuk mendukung program open source (linuxisasi) kantor, bulan ini aku lagi search laptop bekas. Duh harganya mahal-mahal euy ... aku udah keburu pesen Distro Ubuntu yang datang 4 minggu lagi langsung dari negara pembuatnya, kemudian aku juga pesen Distro Linux XP di Amerika tapi mesti bayar US $ 49 ato sekitar 500 ribuan. Kebetulan banyak temen-temen penggiat IT yang dulu aktif di Genetika (Gerakan Nasional Telematika) bisa aku tanyai dan mereka berpendapat bahwa migrasi dari Microsoft ke Linux bisa berhasil asal didukung penuh oleh manajemen dalam hal ini adanya goodwill dari CEO dan jajarannya. Dan sepertinya ini akan lancar-lancar saja karena IT Manager yang baru secara struktural berada di leher BOD sehingga program apa pun maka mau tidak mau, suka tidak suka haruslah didukung. Pengalaman saja, saat booming IT tahun 2000-an aku sudah giat di ICT Watch sebagai Associate Member bersama Onno W Purbo dan Mas Wigrantoro RS dan lain-lain penggiat (tapi kini 2008, keanggotaanku udah dicabut seiring non-aktifnya aku di dunia IT Indonesia serta tidak lagi jadi penulis IT di PC Plus). Keberhasilanku hanyalah menyelenggarakan International Seminar on SME kerjasama AOEMA yang menghadirkan Sri Sultan HB X, Gubernur DIY, untuk pertama kalinya di kampus UAJY. Tapi antusiasme dalam menggunakan open source saat itu reda setelah merasakan apa itu RedHat dan Mandrake. Asyik memang tapi lebih asyik Windows bajakan hehehe... tapi dulu temen-temen kos ku bilang kalo aku adalah "Linuxer" karena sekali-kali asyik juga make Linux. Tidak terasa udah 6 tahun lebih aku meninggalkan Linux, eh kini kantorku menggiatkan lagi ... cuma omong punya omong, temenku yang jadi pengajar di Inixindo bilang komputernya sering hang saat mau print dokumen, usut punya usut, ada beberapa distro yang tidak didukung driver-driver hardware. Nah lho ...
Tuesday, January 15, 2008
Tahun 2008, ada beberapa keputusan yang kulakukan yaitu ingin fokus dalam tugas-tugas baruku di kantor. Restrukturisasi kantor akan dilakukan dengan pembentukan departemen baru yaitu Training & Development. Nah aku akan menjadi manajer baru untuk departemen baru ini, bayangan akan tugas-tugas di departemen ini sudah ada di benak kepala ku karena secara pengalaman aku sudah pernah berhasil di bidang itu. Harapanku juga diberi otoritas penuh dalam mengelola departemen baru ini agar semua rencana bisa terlaksana tanpa hambatan. Amien.
Wednesday, January 02, 2008
2 Januari 2008, the first day masuk kantor setelah liburan 13 hari ... btw, perjalanan mudik lewat pantura tidak melelahkan karena secara infrastruktur jalan sudah lumayan bagus dan tidak macet. Saya berangkat tgl 21 Desember, hari Jumat pukul 6 pagi, dan nyampai Solo - Karanganyar pukul 6 sore ini karena banyak berhenti kalau si kecil menangis.
Tanggal 26 Desember 2008 hari Rabu, setelah hujan seharian (24 jam) di wilayah Solo dan sekitarnya, muncul berita terjadi banjir di mana-mana. Dugaanku memang benar, Bengawan Solo meluap. Karena sudah dijadual mau melanjutkan perjalanan ke Jogja, maka Rabu pagi kami pamitan ke orang tua, tapi gara-gara macet di Solo gara-gara banjir dan berita jalur pantura kebanjiran, maka terpaksa menginap dulu di Jogja. Setelah membeli voucher di Intras Tour di Bandara, saya dapat hotel bintang 2 di dekat Malioboro untuk 2 hari. Ini atas saran sales-nya karena hotel ini baru renov dan bersih. Istriku sih mau menginap di Hotel Melia yang bintang 5, tapi cuma dapat 1 hari, akhirnya diputuskan menginap di Hotel Istana Batik Ratna, milik Mbak Ratna, salah satu istri (alm) Pak Yuslim, yang nota bene dulu beberapa kali dugem bareng di Jogja. Sempat mampir di rumah keluarga Mas Sigit & mBak Ana, yang juga kerabat dekat keluarga Cendana di bilangan Godean. Di rumah baru ini, biar pun kecil (menurut si empunya rumah dibanding rumah terdahulu yang sebagian runtuh gara-gara gempa) lebih memberi kenyamanan dan ketenangan. Ngomong-ngomong, kecil tapi wilayah itu ternyata dihuni oleh banyak expatriate karena termasuk eksklusif. Sesampainya di sana, mBak Ana selalu bertanya kenapa tidak menginap di rumahnya saja karena ada 1 kamar tamu seperti halnya di rumah lama yang selalu disediakan buat tamu-tamunya. Saya bilang kalau istri saya pingin dekat Malioboro. Ya bagaimanapun juga ... kalo nginap di rumah orang pasti ada tidak enaknya alias pakewuh kecuali jamannya masih belum berubah. Tanggal 28 Desember, setelah ganti oli mobil di Nasmoco Magelang, saya lanjut ke Jakarta. Di Nasmoco, ketemu sama orang-orang lama di Nasmoco yang masih inget saya karena tahun 1996 dulu saya membeli 14 unit Kijang untuk kantor saya, Amanjiwo Hotel.
Tanggal 26 Desember 2008 hari Rabu, setelah hujan seharian (24 jam) di wilayah Solo dan sekitarnya, muncul berita terjadi banjir di mana-mana. Dugaanku memang benar, Bengawan Solo meluap. Karena sudah dijadual mau melanjutkan perjalanan ke Jogja, maka Rabu pagi kami pamitan ke orang tua, tapi gara-gara macet di Solo gara-gara banjir dan berita jalur pantura kebanjiran, maka terpaksa menginap dulu di Jogja. Setelah membeli voucher di Intras Tour di Bandara, saya dapat hotel bintang 2 di dekat Malioboro untuk 2 hari. Ini atas saran sales-nya karena hotel ini baru renov dan bersih. Istriku sih mau menginap di Hotel Melia yang bintang 5, tapi cuma dapat 1 hari, akhirnya diputuskan menginap di Hotel Istana Batik Ratna, milik Mbak Ratna, salah satu istri (alm) Pak Yuslim, yang nota bene dulu beberapa kali dugem bareng di Jogja. Sempat mampir di rumah keluarga Mas Sigit & mBak Ana, yang juga kerabat dekat keluarga Cendana di bilangan Godean. Di rumah baru ini, biar pun kecil (menurut si empunya rumah dibanding rumah terdahulu yang sebagian runtuh gara-gara gempa) lebih memberi kenyamanan dan ketenangan. Ngomong-ngomong, kecil tapi wilayah itu ternyata dihuni oleh banyak expatriate karena termasuk eksklusif. Sesampainya di sana, mBak Ana selalu bertanya kenapa tidak menginap di rumahnya saja karena ada 1 kamar tamu seperti halnya di rumah lama yang selalu disediakan buat tamu-tamunya. Saya bilang kalau istri saya pingin dekat Malioboro. Ya bagaimanapun juga ... kalo nginap di rumah orang pasti ada tidak enaknya alias pakewuh kecuali jamannya masih belum berubah. Tanggal 28 Desember, setelah ganti oli mobil di Nasmoco Magelang, saya lanjut ke Jakarta. Di Nasmoco, ketemu sama orang-orang lama di Nasmoco yang masih inget saya karena tahun 1996 dulu saya membeli 14 unit Kijang untuk kantor saya, Amanjiwo Hotel.
Subscribe to:
Posts (Atom)