Tahun tersebut juga pengharapan Kevin karena harus berjibaku les tambahan dan memang dia masuk siswa eligible yang potensi diterima PTN tanpa tes alias program SNBP (Seleksi Nasional Berbasis Prestasi). Di tahun tersebut Kevin sudah mendapatkan Golden Ticket masuk Universitas Telkom Bandung tanpa tes karena dapat juara lomba Kimia di kampus tersebut. Setidaknya sudah ada kampus yang mau tampung dia.
Kevin terlihat semangat karena pihak sekolah juga state dia masuk 10 besar peraih nilai tertinggi. Namun hasil pengumuman SNBP gagal ke ITB hahaha.
Masih banyak jalan menuju Roma katanya. Akhirnya tiap Sabtu Minggu ambil les tambahan di Jakarta, sebagai bapaknya tentu dengan senang hati siap jadi sopir antar jemput.
Akhirnya ikut SNBT (Seleksi Nasional Berbasis Tes) dan Kevin pilih lokasi di Universitas Singaperbangsa Karawang. Hari yang ditunggu pun tiba, saya juga antar sejak pagi banget. Selesai ujian masuk, wajahnya sedih memberi laporan kalau komputer yang dia gunakan beberapa kali restart menjadikan pesimis karena waktu nya banyak tersita. Saat saya tanya berapa persen bisa jawab benar, dia hanya mengatakan yang dikerjakan yakin benar namun terganggu sama beberapa kali restart nya komputer. Akhirnya sebagai orang tua, saya hibur dia jikalau dia memang dikasih jalan oleh Tuhan masuk ITB ya pasti lulus.
Oh ya, saat SNBP dia pilih hanya 1 jurusan yaitu ITB Teknik Kimia. Demikian juga saat SNBT, 1 jurusan juga tanpa pilihan ke-2.
Pengumuman pun tiba, skor UTBK / SNBT hanya 700 saja dan ITB pun tidak membuka pintu.
Pasti kecewa karena banyak teman2nya diterima di UI Undip Udayana dll namun teman2nya saya lihat tetap memberi semangat ke Kevin.
Akhirnya coba lagi, ujian mandiri dan tetap 1 jurusan FTISP Teknik Kimia ITB. Ujian sistem online pun ditempuh, dan kali ini gagal juga. Kali ini Kevin terlihat sedih banget, apalagi sebagai orang tua nya pun ikut sedih karena saya tak ijinkan dia ambil IUP ITB. Bukan tidak ada uang nya, namun saya tahu Kevin yang jarang bicara pakai bahasa Inggris di rumah kayaknya akan membebani dia jika ikut IUP.
Ada program dari UI namanya jalur PPKB (Prestasi & Pemerataan Kesempatan Belajar) yg menurut perhitungan nilai rapor dan prestasi seharusnya Kevin bisa dapat, namun ada calon mahasiswa yang sudah diterima PTN jalur test tetap ikut program PPKB dan alhasil dia yang mendapatkannya. Cuma bisa menggerutu karena janji gurunya yg sudah dapat PTN tidak boleh daftar, namun tetap diajukan oleh sekolahnya alias tidak ada konsistensi sekolah, demikian juga seleksi UI seharusnya menanyakan apakah pendaftar PPKB sudah dinyatakan diterima PTN dengan jalur apapun. Nah jika ada pertanyaan ini saat pendaftaran, saya yakin maksud pemerataan akan tercapai dan UI pun tetap sebagai kampus yang selektif dan tidak bisa disebut kecolongan krn istilah pemerataan tentu buat yang belum dapat PTN. Sama saja logikanya mau pemerataan supaya orang tidak miskin, masa orang kaya ikut serta?
Sistem penerimaan mahasiswa tahun ini memang banyak cara atau pintu. Akhirnya dia daftar Teknik Kimia Universitas Brawijaya Malang via jalur rapor dan skor SNBT. Skip skip done proses nunggu pengumuman.
Kevin sambil menunggu hasil jalur rapor UB, dia akhirnya daftar ikut jalur tes kampus lainnya secara ITB sudah membuatnya patah semangat sehingga dia daftar ujian UI, Undip, ITS dan UGM.
Ujian UI online pun selesai hasilnya gagal, tapi denger-denger ada di luar sana anak yang tidak pintar bisa lolos UI. Demikian juga kampus2 lainnya yang mengadakan ujian online, dunia sosmed penuh berita adanya kecurangan yang memanfaatkan teknologi pintar dalam menjawab soal ujian.
Beberapa hasil tes sudah diumumkan, Kevin yang mendengar dan menyaksikan apa yang terjadi di luar sana adanya kecolongan sistem ujian online, mengatakan tidak percaya lagi ujian PTN tersebut.
Bagaimana tidak kecewa karena setiap hari belajar dan mengulang latihan soal-soal selama 8 jam per hari, harapan mendapatkan kampus pilihan nya gagal.
Namun 2 minggu lalu, salah satu kampus di Malang mengatakan Kevin diterima di Teknik Kimia UB dan juga Undip Semarang. Namun dasar anak gen Z yang rada2 stuborn, dia tetap berharap dapat ITS.
Alhasil pintu masuk Undip dan Unibraw pun ditinggalkan karena ITS juga menerima dia di Teknik Kimia.
Puji Tuhan deh akhirnya.
Kevin saat dijemput kawan2 seangkatan yang diterima di ITB untuk main bareng tapi berasal dari sekolah lain, Kevin bilang ya gak papa gak di ITB, khan sama-sama ada IT nya, yang satu ITB satunya ITS.
Mungkin ada yang tidak percaya, apakah benar kecurangan bisa bantu lolos masuk ITB atau UI atau kampus lain nya yang menggunakan sistem ujian online?
Nah, saya coba minta contoh soal2 yang Kevin dapatkan saat les sebelumnya. Saya pakai aplikasi AI, gak sebut merek ya krn bukan mau endorse, alhasil soal yang rumit sekali, hanya butuh hitungan detik bisa terpecahkan.
Akhirnya saya iseng, baca hasil laboratorium kesehatan menggunakan aplikasi ini. Hasilnya luar biasa. Jawaban nya sama persis yang dibilang oleh dokternya. Jadi curiga nih, jangan2 banyak dokter gadungan yang sempat heboh itu juga pakai aplikasi ini?
Wallahualam