1 Agustus 2008, manajemen kantor mengeluarkan lagi SKEP baru dan setelah 4 bulan mengepalai Departemen Training & Development, kini departemen yang sudah siap dengan program pelatihan 1 tahun dan menghasilkan SOP serta dokumentasi ISO yang teregister, maka kini saya diberi tugas baru mengepalai Departemen Kompesasi dan Benefit. Departemen ini dulu sudah ada, berbeda dengan departemen Industrial Relation yang dilebur karena intensitasnya dianggap kurang atau departemen Training & Development yang pada prakteknya tinggal menjalankan program2 yang sudah disetujui dalam program tahunan. Departemen yang saya pimpin ini memang masih banyak PR yaitu program HRIS yang belum kebeli. Program SIAP dari REALTA dengan investasi 1 milyar lebih kayaknya mubasir, disamping saya tidak ikut serta dalam proses pembelian ... saya juga nangkap kalau orang2 yang ikut proses pembelian HR SIAP juga dibuat pusing dengan hadirnya SIAP+ yang tidak pernah siap. Alhasil ternyata gajian selalu manual. Tantangan mendapat HRIS baru sesuai jiwa orang2 HR sekarang menjadi satu PR juga karena saya ingin mencari program yang user friendly dan murah. Belum lagi sejak dulu yang namanya orang Comben selalu pulang lewat jam 12 malam. Ini adalah hal yang anomali jika saya bandingkan dengan pengalaman saya menjadi HR Manager di CARE International Aceh atau di Transnational Solution Jakarta, atau di perusahaan sebelumnya yang juga mempunyai karyawan lebih dari 1000 orang.
Yang menjadi pertanyaan dan harus bisa saya buktikan : sekompleks apa masalah di Comben ? Tapi saya sudah bilang sama bos di kantor, saya salut sama bos Comben lama karena selama 5 tahun mengerjakan gaji manual untuk 5000 karyawan, pantes aja kalo ngantor suka terlambat. Jujur juga kalo saya jadi big bos HR maka kondisi ini yg harus pertama dibenahi alias tantangan buat seorang pemimpin apakah aware dengan situasi yg dihadapi anak buah.